Kopi Temanku
Malam ini ku hanya ditemani embun yang membasahi kaca
Yang semakin membuat pandangan ku terhalang
Secangkir kopiku masih setia menunggu untuk ku sruput
Pandanganku selalu kearah sana
Ke jalan yang ramai
Padahal aku di dalam kedai vintage
Yang seharusnya menikmati kopi dan mendengar lagu-lagu yang memanjakan telingaku
Jemariku hanya asik melentingkannya pada cangkir itu
Terpikir untuk menyeruputnya pun belum ada
Aku masih memikirkan saat itu
Saat kau memutuskan untuk ambil jalan sendiri dan mengejar impianmu tanpa aku
Ya tanpa aku, jelasmu waktu itu
Kejadian yang seharusnya sudah harus terlupakan
Bukan karna sudah terjadi beberapa waktu lalu tapi karna memang tidak penting untuk diingat
Karna hanya membuat luka lama terasa perih kembali
Pandanganku tak lepas dari kaca itu
Karna dari kaca itu seperti terlihat jelas kejadian-kejadian yang tidak pernah terpikirkan akan jadi sebuah kenangan
Otakku bereaksi
Otakku berlaju cepat
Cepat seakan memutar balik waktu
Aku semakin ingat akan kejadian manis kala itu
Hujan-hujanan berdua saat pulang dari kantor
Salah memesan makanan yang membuat kita malah saling tertawa
Marah untuk menjadi lebih baik
Menangis
Saling mendukung
Terlalu banyak hal manis itu yang sulit untuk dihindarkan untuk dipikirkan
Dan hebatnya lagi
Kita percaya diri untuk meletakkan nama kita masing-masing untuk menjadi kawan saat mengejar mimpi dan sampai nanti akhir hayat
Itu ucap kita saat itu
Tapi mas-mas baju hitam bertopi itu menepukku
Meningatkan ku bahwa sekarang pukul sebelas lewat limabelas malam
Kopiku masih penuh
Hanya saja sudah tidak hangat lagi
Sama seperti kau dan aku
Tidak sehangat dan tidak sedekat dulu
Menyeruput kopi setidaknya membuatku lebih tenang sedikit
Terlalu banyak mimpi kita tulis untuk diraih bersama
Terlalu besar harapan kita untuk selalu bersama
Terlalu naif jika berkata mampu kalau tidak bersama
Aku merindukan hal manis kita
Aku merindukan semangat kita
Aku merindukan mu
Yang semakin membuat pandangan ku terhalang
Secangkir kopiku masih setia menunggu untuk ku sruput
Pandanganku selalu kearah sana
Ke jalan yang ramai
Padahal aku di dalam kedai vintage
Yang seharusnya menikmati kopi dan mendengar lagu-lagu yang memanjakan telingaku
Jemariku hanya asik melentingkannya pada cangkir itu
Terpikir untuk menyeruputnya pun belum ada
Aku masih memikirkan saat itu
Saat kau memutuskan untuk ambil jalan sendiri dan mengejar impianmu tanpa aku
Ya tanpa aku, jelasmu waktu itu
Kejadian yang seharusnya sudah harus terlupakan
Bukan karna sudah terjadi beberapa waktu lalu tapi karna memang tidak penting untuk diingat
Karna hanya membuat luka lama terasa perih kembali
Pandanganku tak lepas dari kaca itu
Karna dari kaca itu seperti terlihat jelas kejadian-kejadian yang tidak pernah terpikirkan akan jadi sebuah kenangan
Otakku bereaksi
Otakku berlaju cepat
Cepat seakan memutar balik waktu
Aku semakin ingat akan kejadian manis kala itu
Hujan-hujanan berdua saat pulang dari kantor
Salah memesan makanan yang membuat kita malah saling tertawa
Marah untuk menjadi lebih baik
Menangis
Saling mendukung
Terlalu banyak hal manis itu yang sulit untuk dihindarkan untuk dipikirkan
Dan hebatnya lagi
Kita percaya diri untuk meletakkan nama kita masing-masing untuk menjadi kawan saat mengejar mimpi dan sampai nanti akhir hayat
Itu ucap kita saat itu
Tapi mas-mas baju hitam bertopi itu menepukku
Meningatkan ku bahwa sekarang pukul sebelas lewat limabelas malam
Kopiku masih penuh
Hanya saja sudah tidak hangat lagi
Sama seperti kau dan aku
Tidak sehangat dan tidak sedekat dulu
Menyeruput kopi setidaknya membuatku lebih tenang sedikit
Terlalu banyak mimpi kita tulis untuk diraih bersama
Terlalu besar harapan kita untuk selalu bersama
Terlalu naif jika berkata mampu kalau tidak bersama
Aku merindukan hal manis kita
Aku merindukan semangat kita
Aku merindukan mu
Komentar
Posting Komentar